Minggu, 27 Juni 2021

Budaya Positif di Sekolah

 

Budaya Positif Sekolah

Selaku pendidik, mengembangkan budaya positif di sekolah menjadi hal yang sangat penting, dimulai dari membekali diri dengan melatih komunikasi. Guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik. Selain itu, untuk membangun budaya positif  kita juga harus bisa mengembangkan visi bersama tentang apa yang ingin dicapai sekolah, yaitu dengan memulai melihat hal-hal positif yang sudah berhasil di sekolah.

 Budaya positif sangat berkaitan dengan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sehari-hari. Sebagai contoh ketika seorang murid melakukan kesalahan, hal pertama yang perlu kita pahami adalah alasan perilaku murid, dan untuk mengevaluasi apakah perilaku tersebut benar-benar layak mendapat tanggapan disiplin. Seringkali perilaku buruk dihasilkan dari faktor-faktor di luar kendali anak, seperti masalah transportasi, dan mendisiplinkan murid tidak akan menghilangkan perilaku itu. Di lain waktu,  murid membuat pilihan yang buruk berdasarkan kepercayaan yang salah. Misalnya, terkadang  murid tidak berusaha datang tepat waktu ke sekolah karena mereka tidak percaya bahwa ketepatan waktu itu penting. Keyakinan ini dapat dikoreksi melalui respons disipliner, menunjukkan bahwa keyakinan bisa diperbaiki.

 Hukuman berdampak buruk pada murid. Sehingga kita perlu berkomitmen untuk meninggalkan cara hukuman dalam pengajaran. Lantas bagaimana jika kita menumbuhkan disiplin tetapi kita merasa murid tidak mengikutinya? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah dengan mengembangkan disiplin positif kepada anak. Disiplin positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi  murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru, penyedia penitipan anak, pekerja muda, dan lainnya).

 Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah adalah pembentukan karakter. Ketika kita berbicara sekolah sebagai institusi pembentukan karakter. Mari kita ingat kembali makna pendidikan sendiri dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara: “Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”. Dari kutipan tersebut dapat kita pahami bahwa seorang gur perlu membangun komunitas sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat. Tujuan utama dari pendidikan karakter juga bukan hanya mendorong murid untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menumbuhkan moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat.

Dalam membangun budaya positif, guru penggerak  mengingatkan sekolah harus secara sengaja dan sadar menyusun pendidikan karakter dan menyesuaikannya dengan kurikulum dan peraturan yang sebelumnya sudah dibentuk, cara mengajar, cara penilaian, budaya sekolah, dan relasi dengan orang tua. Sekolah yang mengembangkan pendekatan komprehensif ini membuat murid memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi, memahami, serta mengatur pemikiran, perasaan, dan perilaku mereka yang sesuai dengan nilai.

 Langkah pertama dalam menerapkan pendekatan disiplin positif adalah mengembangkan visi bersama tentang apa yang ingin dicapai sekolah. Dengan melihat hal-hal positif yang sudah berhasil di sekolah. Ini memberikan landasan untuk membangun visi bersama bagi komunitas sekolah yang berpusat pada diri murid dan pemberdayaannya.

Visi yang dikembangkan harus mendukung hal-hal berikut ini:


  • Penciptaan lingkungan belajar yang ramah murid di mana peserta didik, pendidik, dan orang tua merasa dihargai dan didukung; serta di mana peserta didik merasa bebas untuk mengekspresikan pandangan mereka dan didorong penuh untuk mencapai potensi yang mereka miliki.
  • Pengajaran dan penguatan positif yang bertujuan untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan peduli.
  • Strategi untuk mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima yang melibatkan semua pemain peran yaitu, pendidik, orang tua, pelajar dan manajemen sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPP KSE Berdiferensiasi

  RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN   Satuan Pendidikan       : SD Negeri 195 Pekanbaru Kelas / Semester           :   VI /Genap...