Rabu, 12 April 2017

Cerpen tentang kejujuran.



Dilema Es Buah
(Oleh : Rahmawita)
 
Pedal sepeda terus dikayuh Aqil. Sesekali terdengar gumaman tak jelas dari bibirnya. Entah ia sedang bernyanyi atau sedang berdoa. Aqil mengayuh sepedanya dengan laju. Namun, ia tetap berhati-hati untuk menghindari jalan yang berlobang yang dilaluinya. Karena kalau sepedanya oleng sedikit saja, maka barang yang dibawanya akan jatuh dan bisa merugikannya.

Siang ini Pak Haris meminta tolong pada Aqil untuk mengantar es buah ke rumah Ibu Murni. Pak Haris adalah tetangga Aqil. Pak Haris seorang produsen es buah di desanya. Setiap hari es buah tersebut harus didistribusikan ke kedai-kedai kecil di desa mereka, bahkan sampai ke desa tetangga. Pada hari libur seperti sekarang ini, Aqil sering dimintai Pak Haris untuk mengantar es buah tersebut ke kedai-kedai langganannya. Atas jasanya itu, biasanya Aqil diberi upah lima ribu rupiah untuk jarak dekat dan sepuluh ribu rupiah jika mengantar ke desa tetangga. Aqil sangat menyukai pakerjaan ini. Selain bisa jalan-jalan ke desa tetangga, Aqil juga bisa mendapat penghasilan tambahan. Paling tidak ia tidak perlu lagi minta uang jajan dari orangtuanya.

Seperti biasa ketika es buah tersebut akan diantar ke pelanggannya, Pak Haris memasukkan bungkus-bungkus es buah didalam kotak gabus yang tebal. Agar es yang ada didalamnya tidak cepat mencair sebelum sampai tujuannya. Kotak gabus tersebut diletakkan di boncengan sepeda Aqil dan diikat dengan kuat agar tidak mudah goyang. Sebenarnya dengan pengamanan seperti itu kotak tersebut tidak akan mudah jatuh. Tapi, tetap saja jika Aqil tidak berhati-hati kemungkinan terburuk bisa terjadi.

Aqil masih mengayuh sepedanya dengan riang. Ia harus cepat-cepat, berlomba dengan waktu dan bersaing dengan panas matahari. Aqil sudah menempuh setengah perjalanannya. Tapi, tiba-tiba ia merasa ada yang aneh dengan sepedanya. Bagian belakang sepedanya terasa oleng. Aqil turun dari sepedanya untuk memeriksa. Setelah diperiksa ternyata ban belakang sepeda Aqil bocor.

Aqil menggiring sepedanya, berharap ada orang yang lewat untuk dimintai tolong. Rumah Ibu Murni masih jauh, bengkel terdekat juga tidak ada. Karena Aqil sekarang berada di jalan yang sisi kiri dan kanannya hanya terdapat tanah lapang yang ditumbuhi ilalang. Mau pulang lagi ke tempat Pak Haris juga sudah jauh. Jadi dengan tekad yang kuat Aqil tetap melanjutkan perjalannya dengan menggiring sepeda.

Matahari mulai tinggi dan panasnya makin menyengat. Aqil sesekali berhenti untuk mengatur nafas dan menyeka keringatnya. Tenggorokannya mulai kering. Aqil melirik kotak gabus berisi es buah yang bertengger di boncengan sepedanya. Tiba-tiba Aqil teringat kata-kata Pak Haris sebelum berangkat tadi.

“Aqil, katakan pada Ibu Murni. Jumlah es buah ini ada 52 bungkus. Sengaja Bapak lebihkan 2 bungkus karena Ibu Murni pelanggan tetap Bapak”.

“Baik, Pak”. Sahut Aqil.

Hati Aqil mulai bimbang. Tenggorokannya haus sekali. Haruskah ia mengambil satu bungkus? Toh, tidak ada yang tau. Lagi pula tadi Pak Haris sengaja melebihkan jumlahnya, dan Ibu Murni tidak mengetahuinya. Tapi, bagaimana nanti kalau Pak Haris bertemu dengan Ibu Murni dan mengatakan yang sebenarnya? Aqil akan ketahuan berbohong. Aqil kembali melirik kotak gabus tersebut dan mencoba membukanya. Didalamnya terdapat es buah yang dibungkus-bungkus yang sangat menggoda selera. Aqil memandangnya dan menelan ludah. Kemudian Aqil cepat-cepat menutup kembali kotak es itu sambil menggelengkan kepalanya. Ia menyakinkan hatinya. Ia tidak boleh seperti itu. Aqil melanjutkan perjalannya sambil menggiring sepedanya yang bocor. Ia kembali teringat pelajaran yang diberikan oleh gurunya di sekolah kemarin.

Salah seorang teman Aqil bertanya kepada Ibu Guru. “Ibu Guru, apa itu korupsi?”

“Korupsi adalah mengambil hak orang lain. Korupsi merupakan perbuatan yang merugikan orang banyak untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Korupsi tidak hanya terjadi pada pejabat, pada masyarakat biasa pun bisa terjadi tindak korupsi,” Jelas Ibu Guru.

“ Bukankah korupsi itu mengambil uang rakyat, Bu Guru?” Sambung Anas.

“Iya, benar. Itu merupakan contoh besarnya. Tapi tanpa kita sadari kita juga sering melakukan tindakan korupsi di kehidupan sehari-hari. Ada yang tau contohnya?” Bu Guru balik bertanya. “Atau ada yang pernah melakukannya?” Sambung Bu Guru.

Semua anak diam. Ibu Guru kembali melanjutkan. “ Korupsi tidak hanya mengambil uang rakyat. Korupsi juga dapat berupa waktu. Misalnya, sekolah masuk pukul 07.00. Tetapi, seorang guru datang pukul 07.30. Sebenarnya waktu 30 menit itu adalah hak siswa untuk belajar. Tapi karena sikap tidak bertanggung jawab seorang guru, waktu untuk siswa tersebut digunakan untuk kepentingannya sendiri. Dan itu pasti merugikan siswa dalam menerima pelajaran. Dan itu termasuk tindakan korupsi. Sekarang coba sebutkan kerugian lain yang disebabkan perilaku korupsi?”

“Orang tidak percaya lagi terhadap kita”. Jawab Aqil.

“Benar”. Sahut Ibu Guru.

Sekarang Aqil menyesal. Mengapa tadi ia sempat berpikir ingin mengambil es buah untuk Ibu Murni. Aqil sadar es buah itu milik Ibu Murni, walaupun jumlahnya lebih dari pesanan Ibu Murni. Tetap saja itu bukan miliknya dan ia tidak berhak atas itu. Dia melakukan pekerjaan ini karena diupah. Aqil hanya berhak atas upah yang diterimanya saja. Dia tidak boleh mengambil lebih, apapun yang terjadi. Dan jika Pak Haris tahu Aqil tidak jujur, pasti Pak Haris tidak akan percaya lagi kepadanya. Aqil tak mau itu terjadi. Aqil harus ingat pesan Ibu Guru juga pesan ibunya, kita harus jujur dan tidak boleh bersikap curang, karena sikap tersebut merupakan bibit dari perbuatan korupsi.

Tak terasa, Aqil tiba di rumah Ibu Murni. Dia akan menyerahkan pesanan Ibu Murni secara utuh. Juga menyampaikan pesan dari Pak Haris. Hati Aqil tidak lagi bimbang bahkan terasa lega. Setelah ini ia akan memperbaiki sepedanya dan segera pulang. Dia ingin cepat-cepat ingin bertemu Ibunya dan menceritakan semuanya. Dia yakin, Ibunya pasti bangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RPP KSE Berdiferensiasi

  RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN   Satuan Pendidikan       : SD Negeri 195 Pekanbaru Kelas / Semester           :   VI /Genap...